Pages

Subscribe:

Kamis, 07 Maret 2013

Kebudayaan Nasional : Kalimantan Barat

Emm,, bicara mengenai kebudayaan memang banyak sekali mengandung arti yang berbeda. Namun menurut saya, budaya itu sendiri mengandung arti yaitu sebuah ciri khas, perilaku, atau identitas yang sangat melekat  erat dalam suatu keluarga, wilayah, suku bangsa, maupun negara. Semuanya memiliki nilai kebudayaan yang sangat unik dan itu perlu dijaga dan dilestarikan. Namun kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali melupakan bahkan menyelewengkan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Saya ambil salah satu contoh yang paling dekat dengan kita, yaitu kebudayaan yang ada dalam negeri kita sendiri. Karena makin maraknya kebudayaan-kebudayaan yang datang dari luar sehingga kita begitu saja meninggalkan atau melupakan kebudayaan dari nenek moyang kita sendiri. Oleh karena itu, tidak sedikit dari aset kebudayaan yang kita miliki itu diambil oleh orang atau negara lain, karena kita kurang menjaga dan melestarikannya. Namun ketika semua sudah terlanjur terjadi, barulah kita berteriak-teriak mengakui bahkan menentang keras kalau kebudayaan yang ‘diambil orang’ itu adalah milik kita. Dan juga barulah kita bergegas berupaya mencari jalan untuk mendapatkan kembali kebudayaan itu, bahkan dengan jalan perang sekalipun. Sungguh aneh tapi nyata, namun itulah yang kita alami beberapa waktu ini. Seharusnya dari awal, kalau kita selalu memakai atau dengan kata lain ‘menghidupkan’ aneka kebudayaan Indonesia yang sebegitu maha agung dan maha indahnya yang kita miliki, maka niscaya kebudayaan kita tidak akan pernah dirampas oleh pihak manapun. Tapi sekarang ‘nasi telah menjadi bubur’, semuanya sudah terlanjur terjadi dan saran saya jangan sampai ada perang antar suku, wilayah, bahkan negara terjadi, karena perang itu tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah (yang ada malah bikin banyak masalah :P ) dan bukan satu-satunya jalan. Kita masih punya 1001 jalan untuk menyelesaikan masalah ini. Perang itu adalah jalan paling terakhir ketika semua jalan yang mungkin sudah kita lakukan namun belum juga berhasil (kata Pak SBY :D ). Saya percaya, kita, khususnya generasi muda, masih mampu untuk terus menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di alam Indonesia ini. Jangan pernah terpengaruh akan orang lain yang mengatakan, “Hari gini masih jaman pakai Kebaya? Masih jaman pakai baju batik? Masih jaman belajar tari jaipong? Masih jaman nonton Ondel-ondel?” dan lain sebagainya. Kalau saya boleh berbalik melontarkan kata-kata kepada mereka, saya akan berkata, “Hari gini masih jaman pake baju udelnya kliatan? Masih jaman pake rok mini? Masih jaman makan burger? Masih jaman nonton barongsai? Masih jaman nonton, baca, ngoleksi Naruto, Batman, Twilight, dll. Masih jaman ngikut-ngikut kebudayaan orang lain?! Mana identitas loe sebagai anak bangsa?!” Haha.. Maaf kalau banyak diantara anda yang merasa tersinggung. Saya bukannya sama sekali melarang anda untuk mengkonsumsi sebagian dari kebudayaan luar ya. Saya sendiri tidak munafik, karena saya juga suka menggunkan produk luar :D . Tapi setidaknya lebih baik kita banyak menggunakan produk dalam negeri hasil kebudayaan sendiri, mencintai kebudayaan itu dengan menyukai tarian, baju adat, hasil karya seni yang berciri khas kebudayaan tanah air, dll. Contoh kecil saja, yaitu kita memiliki atau membiasakan menggunakan batik, tidak hanya baju, bisa berupa taplak meja yang kita pakai, sarung, alas kaki, ukiran bangku/meja, dll. Itu bisa menjadikan nilai lebih untuk mengangkat citra  kebudayaan bangsa kita. Kalau kita sendiri tidak mau mengagumi bahkan mengakui kebudayaan kita, bagaimana bangsa lain mau menghargai kebudayaan kita? Yang ada malah dicuri!
Kalau saya boleh berkata jujur, saya amat kagum dengan negara Jepang yang masih kental dan oriental dengan baju adat Kimono-nya, pedang samurainya, bentuk rumah adatnya, gaya ninjanya, dll yang sering saya jumpai mulai dari game console, komik, film (kartun maupun movie), super hero, merk produk-produk telekomunikasi, multimedia, sampai kendaraan bermotor (suzuki, honda, kawasaki, mitsubishi, nisan, dll), itu semua masih menonjolkan kebudayaannya. Walaupun jaman semakin hi-tech, namun Jepang tetap membubuhi identitasnya, sehingga orang sangat mengenal, mana produk buatan Jepang, mana yang buatan Amerika atau yang lainnya. Itulah mengapa saya sangat kagum akan negara Jepang. Mungkin saya sudah berkhayal terlalu jauh, namun tetap saya tidak patah semangad untuk mneghimbau anda semua, khususnya teman-teman muda untuk terus bisa menjaga, melestarikan, dan mengangkat nama kebudayaan Indonesia. Jangan mau kalah!! Kita sesungguhnya lebih banyak memiliki aneka ragam kebudayaan untuk bisa dijadikan icon. Jadi, mulai sekarang coba berkaryalah dengan hasil karya sendiri, dengan memberikan unsur kebudayaan tanah air agar dapat dipandang oleh seluruh dunia bahwa Indonesia bisa!
Untuk lebih membangkitkan rasa nasionalisme kita, saya mengajak anda untuk mengenal kebudayaan dari suatu daerah atau wilayah di Indonesia, yaitu Kalimantan Barat. Mengapa saya memilih Kalbar? Karena secara kebetulan saya dibebani oleh satu tugas mata kuliah yang diharuskan untuk melakukan studi banding atau terjun ke lapangan untuk mencari tahu  asal usul suatu kebudayaan di Indonesia.  Dan secara kebetulan juga saya bersama teman satu tim mengunjungi salah satu anjungan yang terdapat di Taman Mini Indonesia Indah, tepatnya anjungan Kalimantan Barat. Di sana saya melihat beberapa rumah adat, busana daerah, dan bermacam-macam kesenian, seperti tarian, musik, ukiran,dll. Di situ saya juga melakukan wawancara bersama guide dan para pengunjung sekitar. Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan dan dari berbagai sumber informasi yang saya dapat, inilah yang bisa saya tuliskan untuk menjadi bahan referensi bagi anda masyarakat Indonesia yang cinta akan kebudayaan tanah air.
Tulisan yang saya buat ini akan mencoba menunjukkan bagaimana pentingnya kebudayaan itu dilestarikan. Terlebih pada era globalisasi di Indonesia ini kebudayaan nampaknya semakin memudar. Salah satunya yang sudah mulai tidak nampak lagi dalam kehidupan masyarakat adalah kebudayaan yang berasal dari Kalimantan, khususnya ‘Kalimantan Barat’ yang saya ambil sebagai titik sorot untuk saya jadikan sebagai bahan tulisan dan juga untuk memenuhi nilai tugas suatu mata kuliah yang saya ambil (karna saya masih kuliah :D ).
KEBUDAYAAN KALIMANTAN BARAT
1. Rumah Adat Kalbar

Ini adalah rumah adat khas Kalimantan barat, namanya Rumah Betang. Wuih megahnya, gede pula.. :D . Uniknya rumah adat ini berada ditengah-tengah danau atau perairan, karena rumah Betang ini biasanya terdapat di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).
Bentuk dan ukuran Rumah Betang ini bermacan-macam diberbagai tempat. Ada yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.

2. Busana Daerah

Ini merupakan baju adat khas Kalimantan Barat. Wauw, unik ya.. :D . Suku Dayak di Kalimantan Barat ini mulai mengenal pakaian yang disebut king baba (king = cawat; baba = laki-laki) untuk laki-laki, dan king bibinge untuk perempuan (bibinge = wanita). Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang diproses hingga menjadi lunak seperti kain. Kulit kayu yang bisa difungsikan sebagai kain untuk membuat cawat, celana, baju, clan selimut itu disebut kapua atau ampuro.
Masyarakat Dayak pun mengenal teknik menenun untuk membuat busana. Bahkan hingga kini masyarakat Dayak dikenal sebagai penenun yang terampil. Dulu, yang ditenun adalah serat benang yang dihasilkan dari kulit pohon tengang. Warna dasar serat yang kuat  yang dihasilkan adalah warna coklat muda. Untuk memperoleh warna hitam atau merah hati, warna yang dominan pada tenunan tradisional Dayak, serat tengang itu dicelup dengan getah pohon yang dilarutkan dalam air. Tenunan yang beredar sekarang dengan warna-warna kuning, merah muda, putih, dsb, dibuat dari benang kapas yang diperoleh dari luar daerah. Kini telah sangat jarang dijumpai tenunan yang dibuat dari serat tengang sehingga busana adat masyarakat Taman pun menggunakan tenunan benang kapas.

3. Kesenian Tradisional
Tari Ajat Temuai Datai (aneh banget namanya :-) ), diangkat dari bahasa Dayak Mualang, yang tidak dapat diartikan secara langsung, karena terdapat kejanggalan jika di diartikan kata per kata. Tetapi maksudnya adalah Tari menyambut tamu,  yang bertujuan untuk penyambutan tamu yang datang atau tamu agung (diagungkan). Awal lahirnya kesenian ini yakni dari masa pengayauan/masa lampau, diantara kelompok-kelompok suku Dayak. Mengayau, berasal dari kata me – ngayau, yang berarti musuh (bahasa Dayak Iban). Tetapi jika mengayau mengandung pengertian khusus yakni suatu tindakan yang mencari kelompok lainnya (musuh) dengan cara menyerang dan memenggal kepala lawannya.
Tari Gong, adalah seni tari yang menceritakan kemolekan seorang gadis yang menari dengan gemulai diatas sebuah gong,  dimana gadis tersebut akan diperebutkan oleh 2 orang Pemuda Dayak yang gagah perkasa. Kedua pemuda tersebut akan bertarung secara ksatria, sampai dengan salah satu diantaranya kalah. Dan akhirnya sang pemenang akan kembali bersama si gadis. Weleh-weleh ampe segitunya.. :D .
4. Beberapa jenis alat musik  tradisional Kalimantan Barat

Sampek adalah alat musik tradisional Suku Dayak, terbuat dari berbagai jenis kayu ( kayu arrow, kayu kapur, kayu ulin).  Dibuat secara tradisional. Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu.  Dibuat dengan 3 senar, 4 senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan keinginan pembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti. Mendengarkan bunyi sampek yang mendayu dayu, seolah memiliki roh/kekuatan. Di Pampang banyak warga yang amat mahir memainkan sampek.  Bunyi sampek biasa digunakan untuk mengiringi sebuah tarian, atau memberikan semangat bagi para pasukan perang.
Alat musik tradisional lainnya :
KESIMPULAN :
Ini hanya sebagian info yang dapat saya bagikan bagi anda dari hasil studi banding yang saya lakukan bersama teman satu kelompok di Taman Mini Indonesia Indah. Anjungan Kalimantan Barat yang saya kunjungi yang dihiasi replika-replika rumah adat, baju adat, sampai alat musik dan juga tariannya memang mirip sekali seperti aslinya. Saya sangat takjub dengan kebudayaan yang Indonesia miliki ini. Ingat, ini asli milik Indoneisa lho! :D . Dan saya sangat yakin sekali Indonesia akan naik derajatnya di mata dunia, kalau saja (salah satunya) kita bisa menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan ini. Mungkin dengan mendemonstrasikannya ke khalayak ramai atau di hadapan para turis agar mereka melihat betapa uniknya dan indahnya kebudayaan yang kita miliki ini. Jangan pernah merasa minder atau malu mempertunjukkan kebudayaan kita ini kepada dunia!! I believe we can do it. This is our culture, Indonesia.
G A L E R Y :

0 komentar:

Posting Komentar